Preview Final Copa America 2015: Chile vs Argentina â" Pressing Chile Bisa Jadi Bumerang, info terbaru dari Bolapro Preview Final Copa America 2015: Chile vs Argentina â" Pressing Chile Bisa Jadi Bumerang untuk anda yang Pro Bola, Berikut ini adalah berita sepak bola terbaru dengan judul Preview Final Copa America 2015: Chile vs Argentina â" Pressing Chile Bisa Jadi Bumerang, selain itu masih banyak lagi berita bola lainnya pastinya update terbaru dan sedang hangat untuk dibicarakan. Dan dibawah ini adalah hasil skor akhir dan klasemen sementara selengkapnya
Bolapro, Turnamen Copa America 2015 telah mencapai puncaknya. Tuan rumah Chile, yang mengandaskan Peru dengan skor 2-1 di semifinal, akan berhadapan dengan Argentina yang sebelumnya menang telak dengan skor 6-1 saat menghadapi Paraguay.
Melangkah ke babak final bagi Chile sendiri tentunya membuka peluang mereka untuk mencatat sejarah. Dalam 99 tahun gelaran Copa America, Chile belum pernah sekalipun menjadi juara pada gelaran empat tahunan ini.
Untuk mewujudkannya bukan perkara mudah. Lawan yang Chile hadapi adalah salah satu kesebelasan yang cukup sukses di Copa America. Argentina merupakan peraih trofi kedua terbanyak dengan 14 titel juara, terpaut satu piala dengan Uruguay yang memiliki trofi terbanyak.
Karenanya, skuat Chile memiliki tugas berat untuk mengakhiri puasa gelar Copa America mereka. Mereka perlu membuat lini serang Argentina yang bergantung pada Fantastic Four: Lionel Messi, Sergio Aguero, Angel Di Maria, dan Javier Pastore, kesulitan mendapatkan peluang untuk membobol gawang Chile yang dikawal Claudio Bravo.
Prediksi Line-Up Chile vs Argentina
Hati-Hati dalam Melakukan Pressing
Chile merupakan kesebelasan paling banyak memasukkan gol pada Copa America kali ini dengan 12 gol. Catatan ini diraih berkat keberhasilan mereka yang selalu mendominasi jalannya pertandingan. Menurut ESPNFC, Chile memimpin penguasaan bola dengan rataan 70,8% per pertandingan.
Keberhasilan Chile dalam unggul penguasaan bola adalah dengan menerapkan pressing saat kesebelasan lawan hendak membangun serangan. Para pemain Chile akan berusaha mengambil alih permainan sesegera mungkin dengan langsung menekan pemain belakang lawan yang menguasai bola di areanya sendiri.
Pressing Chile sendiri tak menekankan untuk merebut bola secara paksa, dengan melancarkan tekel agresif pada pemain bertahan lawan yang menguasai bola. Mereka hanya memberikan tekanan agar serangan lawan tak bisa dibangun dengan sempurna. Mereka berusaha membuat pemain lawan melepaskan umpan panjang atau salah umpan.
Hal ini terlihat dari catatan (Whoscored). Keberhasilan tekel yang mereka lakukan yang hanya memiliki rata-rata 15,2 kali per pertandingan. Angka ini merupakan yang paling kecil kedua dari 12 negara yang berlaga di Copa America ini.
Menghadapi Argentina, pelatih Chile Jorge Sampaoli mengatakan bahwa ia tak akan mengubah permainannya. Pelatih asal Argentina tersebut menyebutkan bahwa Chile akan tetap bermain dengan caranya sendiri meski lawan yang kali ini dihadapi merupakan kesebelasan yang memiliki lini serang mematikan.
Tapi Sampaoli tampaknya harus hati-hati dengan pressing yang akan mereka peragakan karena Argentina merupakan kesebelasan yang cukup berhasil mengeksploitasi kelemahan lini pertahanan lawan, yang melakukan pressing hingga area bertahan milik Argentina sendiri.
Hal ini yang dialami Paraguay pada babak semifinal. Argentina yang sebelumnya cukup kesulitan untuk mencetak gol, tiba-tiba berhasil mencetak enam gol ke gawang Paraguay . Padahal pada empat laga sebelumnya, Argentina hanya mampu mencetak dua gol saja.
Paraguay kala itu coba mengambil alih permainan dengan memberikan pressing pada pemain belakang Argentina yang dihuni Nicolas Otamendi, Martin Demichelis, Pablo Zabaleta, dan Marcos Rojo. Namun lini pertahanan Argentina ini seringkali berhasil menaklukkan pressing Paraguay dengan pergerakan yang dilakukan pemain half-back mereka, Javier Mascherano.
Pergerakan yang dilakukan Lucas Biglia di tengah pun membuat pressing Paraguay seringkali sia-sia. Biglia yang menjadi penyambung antara lini tengah ke empat pemain menyerang, dengan cerdik selalu menemukan ruang di tengah untuk menerima bola dari pemain belakang.
Yang dilakukan Paraguay memang berbeda dengan lawan-lawan Argentina sebelumnya. Seperti Kolombia dan Uruguay misalnya. Kedua kesebelasan ini lebih memilih untuk menunggu pemain Argentina yang menguasai bola masuk ke area pertahanan mereka ketimbang memberikan pressing sedini mungkin. Kedua kesebelasan ini baru melakukan pressing saat bola sudah memasuki area tengah lapangan.
Hasilnya, saat melawan Kolombia, Argentina sangat kesulitan melancarkan serangan sehingga pertandingan berkahir dengan skor 0-0, Argentina menang lewat adu penalti. Sementara saat menghadapi Uruguay, Argentina hanya mampu mencetak satu gol.
Oleh karena itu Chile perlu belajar benar dari pressing yang dilakukan Paraguay, serta cara bertahan yang dilakukan Kolombia dan Uruguay. Tapi dengan permainan Chile yang menurut Sampaoli tak akan berubah, mereka perlu belajar dari kesalahan-kesalahan Paraguay dalam melakukan pressing yang menyebabkan terjadinya banyak gol yang bersarang ke gawang Paraguay agar hal itu tak kembali terulang saat Argentina menghadapi Chile pada laga final ini.
Mewaspadai Eduardo Vargas
Pada laga ini, Chile akan tampil dengan skuat pincang. Setelah Gonzalo Jara dilarang berlaga karena insiden saat menghadapi Uruguay, kabarnya Chile tak akan bermain dengan salah satu penyerang andalan mereka, Alexis Sanchez. Sanchez diragukan tampil karena masih dalam pemulihan cedera yang dideritanya saat menghadapi Peru.
Meskipun begitu, lini pertahanan Argentina tetap tak boleh lengah. Karena Chile masih memiliki penyerang lain yang tak kalah berbahaya. Ia adalah top skorer sementara Copa America 2015 dengan torehan empat gol, Eduardo Vargas.
Vargas adalah sosok yang menjadi momok bagi lini pertahanan Peru. Dua golnya-lah yang mengantarkan Chile ke babak final. Dengan selalu diturunkan sejak menit pertama, ini menunjukkan bahwa peran pemain yang membela Queen Park Rangers ini cukup diandalkan oleh skuat Chile.
Vargas menemukan permainan terbaiknya sejak Sampaoli mengubah formasi dasar Chile dalam tiga pertandingan terakhir. Menggunakan formasi 3-4-2-1 pada dua laga awal, Chile kemudian menggunakan formasi 4-3-1-2 pada pertandingan semi-final menghadapi Peru. Vargas yang awalnya ditempatkan sebagai gelandang serang bersama Jorge Valdivia, mulai diduetkan dengan Sanchez sebagai penyerang.
Pergerakan Vargas yang memerankan false nine-lah yang patut diwaspadai lini pertahanan Argentina. Area bermain Vargas yang lebih dalam dibanding Sanchez membuat Vargas seringkali lepas dari penjagaan dan pengamatan pemain belakang. Umpan-umpan terobosan gelandang-gelandang Chile pun seringkali ditujukan pada pemain berusia 25 tahun ini.
Untuk mengatasinya, Argentina mungkin akan lebih pas menggunakan formasi 4-3-3 dengan menempatkan Lucas Biglia dan Javier Mascherano di belakang Javier Pastore. Pola 4-3-3 Argentina memang sering berubah-ubah yang mana sering menggunakan tiga gelandang flat atau Mascherano yang sendirian menjadi gelandang bertahan.
Dengan ditempatkannya Biglia dan Mascherano sebagai gelandang bertahan, keduanya bisa berbagi tugas untuk tak kecolongan untuk menghadapi Vargas. Satu gelandang bisa memberikan perhatian pada Vargas, satu gelandang lain bisa menjaga Valdivia yang ditempatkan di belakang dua penyerang Chile.
Valdivia sendiri sebenarnya tidak bisa dianggap remeh. Gelandang berusia 31 tahun ini menjadi top assist sementara bersama Lionel Messi dengan torehan tiga assist. Ini artinya, Valdivia pun menjadi senjata pamungkas Chile lain dalam membongkar lini pertahaan lawan.
Kesimpulan
Laga final ini rasanya bisa disebut sebagai final ideal. Chile merupakan kesebelasan yang tampil mengesankan sepanjang turnamen. Sementara lawannya, Argentina, merupakan kesebelasan yang dihuni oleh empat pemain di lini depan yang memiliki kualitas di atas rata-rata.
Menilik pemaparan di atas, tampaknya Argentina akan mampu menjungkalkan Chile. Argentina terbukti bisa menaklukan pressing Paraguay dan mencetak sejumlah gol, sementara Chile memiliki gaya permainan yang tak jauh berbeda dengan Paraguay.
Meskipun begitu, Chile tentunya memiliki kualitas berbeda dengan Paraguay. Bahkan peluang mereka untuk memenangi pertandingan masih terbuka jika saja mereka tak mengulangi kesalahan yang dilakukan Paraguay. Apalagi jika Vargas bisa mendapatkan ruang bebas, tak menutup kemungkinan bagi Chile bisa merepotkan lini pertahanan Argentina.
Hanya saja yang perlu diingat, Argentina akan bermain dengan kekuatan penuh. Sementara Chile, absennya Sanchez atau memainkan Sanchez dalam kondisi tidak fit akan mengurangi kekuatan terbaik mereka. Belum lagi catatan pertemuan menyebutkan bahwa Chile hanya mampu menang enam kali dalam 79 kali pertemuannya melawan Argentina.
Jadi siapakah yang akan keluar sebagai pemenang? Akankah Chile menjadi juara untuk pertama kalinya? Atau Argentina yang berhasil meraih gelar ke-15 nya dan menyamai Uruguay dengan gelar Copa America terbanyak? Prediksi kami, Argentina akan memenangi laga dengan skor tipis 2-1.
(dtc/krs) Sumber: detiksport
Untuk anda yang , | Pro Bola Preview Final Copa America 2015: Chile vs Argentina â" Pressing Chile Bisa Jadi Bumerang, Sumber: Berita Bola dipublish oleh Bolapro untuk anda yang ProBola
Tidak ada komentar:
Posting Komentar