Jumat, 24 Juli 2015

Next: Pratinjau 2015/2016 – Menanti Kesempurnaan Manchester United

Pratinjau 2015/2016 â€" Menanti Kesempurnaan Manchester United

Pratinjau 2015/2016 â€" Menanti Kesempurnaan Manchester United, info terbaru dari Bolapro Pratinjau 2015/2016 â€" Menanti Kesempurnaan Manchester United untuk anda yang Pro Bola, Berikut ini adalah berita sepak bola terbaru dengan judul Pratinjau 2015/2016 â€" Menanti Kesempurnaan Manchester United, selain itu masih banyak lagi berita bola lainnya pastinya update terbaru dan sedang hangat untuk dibicarakan. Dan dibawah ini adalah hasil skor akhir dan klasemen sementara selengkapnya

Bolapro, Sudah 60 hari berlalu sejak Manchester United menjalani pertandingan terakhir mereka di Liga Primer Inggris. Sebuah pertandingan yang bisa dibilang membosankan di KC Stadium, kandang Hull City.

Mereka bermain imbang 0-0, skor yang membuat “Setan Merah” bertengger di peringkat ke-4 di klasemen akhir.

Dua paragraf di atas bisa jadi dibaca dengan penuh kelegaan oleh para pendukung United, mengingat musim sebelumnya mereka harus finis di posisi ke tujuh. Padahal, pada masa Sir Alex Ferguson dulu, peringkat tiga apalagi empat (apalagi tujuh!) adalah sebuah dosa besar.

Setelah Idul Fitri ini, Manchester United seperti mencoba untuk kembali kepada “fitrah” mereka, yaitu untuk menjadi kesebelasan yang berada di “jalan yang benar ― jalannya para juara”.

United pada masa Ferguson sudah berubah total di masa David Moyes yang penuh dengan kekecewaan. Namun sekarang ini, di musim kedua Meneer Louis van Gaal, boleh jadi United mencoba untuk kembali berubah.

Mulai dari Memphis Depay, Matteo Darmian, Bastian Schweinsteiger, dan Morgan Schneiderlin, empat pemain ini yang sudah menjadi sorotan utama pada jendela transfer musim panas tahun ini untuk United.

Akhirnya pada Sabtu (18/07/2015) lalu kita bisa melihat “United yang baru” saat mereka mengalahkan Club America dengan skor 1-0 di international Champions Cup, sebuah turnamen pramusim yang mereka jalani di Amerika Serikat.

Pertandingan tersebut memang tidak sepenuhnya mencerminkan petualangan United di musim 2015/16 di depan mereka, tapi ini seperti gerbang awal tempat kita mengintip, akan seperti apa Manchester United nantinya.

Kemudian juga, dengan membeli dua pemain dengan nama punggung berawalan ‘Sch’ (Schweinsteiger dan Schneiderlin) membuat para suporter United ngiler dan membayangkan era kejayaan (Paul) ‘Sch’-oles pada masa lalu. Haschah!

Setelah satu tahun Louis van Gaal berkuasa, mengganti dua pemain tengah United dari Tom Cleverley dan Anderson menjadi Schweinsteiger dan Schneiderlin adalah sebuah hal yang luar biasa

Akan sangat menarik melihat efek dari para pemain baru (dan beberapa calon pemain baru lainnya) di United pada musim ini. Semua orang sudah tak sabar.

Ekspektasi besar menanti Louis van Gaal

“Suffering has been stronger than all other teaching, and has taught me to understand what your heart used to be. I have been bent and broken, but – I hope – into a better shape.” ― Charles Dickens, Great Expectations.

Kutipan di atas rasanya sangat pas untuk membandingkan Manchester United sampai kepada tiga musim yang lalu. “Great expectations” (yang berarti harapan yang besar), dua kata itu yang ada di bayang-bayang para suporter United sedunia kepada Van Gaal.

Setelah mengalami kejayaan selama lebih dari dua dekade bersama Ferguson, seolah United dibuat terjelembab hanya dalam hitungan bulan. Pekan demi pekan, ada kekecewaan, penderitaan, dan kesedihan yang menghinggapi mereka semua.
Di musim ke dua manajer asal Belanda tersebut, pada kenyataannya United telah mencoba untuk bertransformasi kembali. Untuk memahami rekam jejaknya, kita bisa memperhatikan perbandingannya di bawah ini.


[Perbandingan Manchester United musim 2012/13 (Sir Alex Ferguson), 2013/14 (David Moyes dan Ryan Giggs), dan 2014/15 (Louis van Gaal)]

Pada masa terakhir Sir Alex memimpin United, mereka adalah kesebelasan yang beringas. Itulah kenapa mereka bisa menjadi juara Liga Primer dengan meyakinkan.

Jika dibandingkan dengan era Moyes-Giggs dan Van Gaal, United-nya Ferguson lebih banyak mencetak gol (86), melakukan tembakan ke gawang (shot on goal), dan juga otomatis menciptakan peluang (chances created) lebih banyak. United bermain sangat efektif.

Namun, pada masa Moyes-Giggs, statistik di atas menunjukkan bahwa United sangat kesulitan. Hampir seluruh aspek statistik yang kami bahas di atas, United musim 2013/14 hampir pasti lebih kedodoran daripada musim sebelumnya. Sedangkan United musim lalu di bawah LVG, mereka mengalami sedikit peningkatan terutama dari aspek permainan (jumlah operan, persentasi operan, dan dribel sukses).

Satu hal yang membedakan United Moyes-Giggs dengan Van Gaal adalah pada pertahanan mereka. Hal positifnya, United di masa Van Gaal bisa bertahan lebih baik, tapi dengan catatan beberapa kali mereka menyusahkan kiper David de Gea (29 kali kesalahan defensif) padahal angka kebobolan mereka paling sedikit (37).

Hal ini disebabkan oleh United yang ditinggalkan oleh tiga pemain belakang andalan mereka, yaitu kapten Nemanja Vidic, wakil kapten Patrice Evra, dan Rio Ferdinand. Perhatikan angka kesalahan defensif (defensive error) mereka di musim 2013/14 (hanya 19, paling sedikit).

Satu-satunya hal positif yang bisa kita dapatkan dari era Moyes-Giggs (terutama Moyes) berupa sapuan bola (clearance) dengan total 1.473 kali malah menunjukkan satu kelemahan utama United dalam bertahan, karena sapuan bola atau membuang bola bisa diartikan dengan “kalau bolanya sampai ke pertahanan kita, buang saja bolanya, kita tidak tahu harus kita apakan bola tersebut.”

Secara umum, dengan tiga perbandingan di atas, United memang sedang berada dalam jalur yang benar di bawah Van Gaal. Sekarang, dengan permainan yang lebih menghibur dan sesuai dengan filosofi Van Gaal (operan dan dribel sebagai elemen utama penguasaan bola), hanya tinggal bagaimana Van Gaal meningkatkan efektivitas dan daya gedor lini depan United, sehingga ia bisa meningkatkan angka pada gol, tembakan ke gawang, dan menciptakan peluang.

Sebagai tambahan juga, angka intersep (memotong aliran bola lawan) yang tertinggi di era Van Gaal membuat kita sadar bahwa pengambilan posisi dan organisasi pemain United sudah lebih baik daripada era Ferguson dan Moyes-Giggs.

Menilai lini tengah Manchester United

Van Gaal sudah seringkali protes tentang skuatnya yang tidak seimbang. Tidak tersedianya gelandang tengah berkaki kanan yang bisa berperan sebagai holding midfielder seperti Michael Carrick (di saat ia absen) menjadi salah satu alasan Meneer.

Dengan kehadiran Bastian dan Morgan, United sekarang ini akan memiliki gelandang berarketipe seperti itu, gelandang yang bisa menyerang dan bertahan sama baiknya, serta menjadi gelandang box-to-box.

Baca selengkapnya:
Membelah Posisi Midfielder (Bagian 1): Gelandang Bertahan
Membelah Posisi Midfielder (Bagian 2): Gelandang Menyerang

Pada prinsipnya, kehadiran Schweinsteiger akan menambah pengalaman Liga Champions dan juga mental juara dunia pada skuat United, terutama di lini tengah, posisi di mana Marouane Fellaini ataupun Ander Herrera tidak miliki pada musim lalu.

Suporter United mungkin akan sedikit khawatir, di usianya yang akan menginjak 31 tahun awal Agustus nanti, Basti pasti sudah berada di akhir puncak karirnya. Namun, performanya pada musim lalu membuktikan bahwa ia masih memiliki banyak hal untuk ditawarkan secara skill, mental, maupun sistem strategi. United adalah kesebelasan yang sangat cocok untuk Bastian.

Schweinsteiger seringkali beroperasi di tengah, tapi ia adalah pemain yang serba bisa, bahkan di sayap kanan maupun kiri. Dia dinilai sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia. yang memiliki kemampuan tendangan jarak jauh yang mantap, mengoper bola, eksekusi bola mati, dan juga energi yang seperti tak ada habisnya.


[Perbandingan beberapa statistik Bastian Schweinsteiger, Ander Herrera, Michael Carrick, Daley Blind, Marouane Fellaini, dan Morgan Schneiderlin musim lalu]

Gelandang Jerman ini rata-rata membuat 87 operan setiap 90 menit di Bundesliga Jerman musim lalu, dengan 88% di antaranya adalah operan sukses. Jumlah ini lebih banyak 13 daripada Herrera di Liga Primer Inggris. Bahkan ketika menghadapi lawan yang tangguh di Eropa, Basti masih bisa mencetak 83 operan selama 90 menit. Angka-angka di atas adalah jumlah yang fantastis bahkan jika dibandingkan dengan sederet gelandang United ketika terakhir kali mereka berlaga di Liga Champions dua musim lalu.

Ketika dibandingkan dengan Herrera dan Carrick, Bastian bisa dibilang adalah gabungan keduanya. Persentasi operan suksesnya tidak jauh berbeda dari mereka yang terbukti vital bagi filosofi Van Gaal yang mengutamakan penguasaan bola dan mengontrol lapangan tengah.

Secara defensif, Carrick memang masih lebih unggul, tapi ia dinilai bisa menggantikan Carrick jika gelandang Inggris berusia 33 tahun itu tidak bermain. Schweinsteiger rata-rata melakukan 1,58 tekel sukses setiap 90 menit, unggul atas Carrick.

Persentase take-on-nya juga terbilang tinggi, yaitu mendekati 70%, unggul di antara seluruh gelandang United. Ditambah angka intersepnya yang mendekati 2 dalam setiap 90 menit membuatnya bisa berkontribusi dalam bertahan. Ini lah yang membuatnya menjadi gelandang serba bisa, ditambah pengalaman yang tinggi, maka lengkaplah sudah.

Kapten sangara Jerman ini dianggap bisa memberikan pengaruhnya yang kalem dan cool, hampir mirip Carrick dan Paul Scholes, tapi lebih elegan dan energik. Hubungan baiknya dengan Van Gaal adalah salah satu hal lainnya yang membuat kami yakin untuk menyajikan angka-angka di atas sebagai sebuah “rumus” alih-alih “teori”.

Sedangkan dengan kedatangan Schneiderlin, maka Setan Merah akan memiliki stok gelandang yang melimpah. Bayangkan alternatif-alternatif seperti apa yang bisa dibangun oleh pemain-pemain seperti Schweinsteiger, Carrick, Herrera, Blind, Fellaini, ditambah Schneiderlin: keseimbangan, kekuatan, kecepatan, kegaharan, keeleganan, ketenangan, dan kesetanan.

Ini adalah sesuatu yang kontras dengan yang bisa kita temui pada musim lalu ketika Van Gaal beberapa kali dipaksa memainkan Wayne Rooney dan Phil Jones sebagai gelandang.

Schneiderlin sendiri adalah pemain yang berkelas. Tidak ada pemain di Liga Primer yang membuat tekel dan intersep sebanyak yang ia cetak dalam tiga musim terakhir (626). bahkan pemain seperti Pablo Zabaleta, yang merupakan salah satu bek andalan di Liga Primer, berada di peringkat ke dua (521) di bawah pemain Prancis berusia 25 tahun ini.

Momen transisi antara bertahan ke menyerang dan menyerang ke bertahan sudah terbukti menjadi salah satu kelemahan United musim lalu. Anak-anak asuhan Van Gaal seringkali kerepotan jika penguasaan bola mereka terebut seketika dan menderita serangan balik.

Kehadiran Schneiderlin pasti mampu menambal lubang tersebut. Ditambah, akan sangat menguntungkan bagi United karena Schneiderlin merupakan pemain homegrown di Liga Primer.

Tapi masih banyak lubang yang harus ditambal di lini belakang dan depan

Dari “janji-janji manis” lini tengah United di atas, lini pertahanan tetap menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi Van Gaal. Dari mulai posisi kiper yang berada dalam ketidakpastian akibat terbang-tenggelamnya kabar De Gea yang ingin pindah ke Real Madrid CF, ditambah Victor Valdas yang dipersilakan pergi oleh Van Gaal, di bawah mistar United masih lah abu-abu.

Kabarnya memang United akan kedatangan Sergio Romero. Jika kabar tersebut adalah benar, maka bisa jadi kiper Argentina yang bermain di UC Sampdoria itu akan menjadi angin yang cukup segar sebagai antisipasi jika De Gea atau Valdes (atau keduanya) pergi.

Jika posisi penjaga gawang sudah dapat diatasi oleh Meneer, maka ia harus melihat ke depannya, kepada sosok-sosok bek tengah United.

Posisi bek tengah sudah divonis berkinerja terlalu buruk musim lalu dengan kesalahan (defensive error) sebanyak 29 kali. Jika bukan karena De Gea, mungkin United sudah kebobolan lebih dari 37 kali di musim lalu di Liga Primer.


[Perbandingan beberapa statistik Phil Jones, Marcos Rojo, Jonny Evans, Chris Smalling, Patrick McNair, dan Tyler Blackett musim lalu]

13 dari 29 kesalahan United diciptakan oleh bek tengah mereka (ditambah Blind sebanyak 2 kali yang sempat bermain sebagai bek tengah juga), seperti yang bisa kita lihat pada gambar perbandingan di atas.

Dari keenam personel bek tengah United, tidak ada satupun yang memuaskan. Jika harus menunjuk duet yang mendekati Ferdinand-Vidic saja, tidak ada yang bisa memenuhi kriteria. Van Gaal sendiri lebih sering memasang Chris Smalling yang kadang diduetkan dengan Marcos Rojo atau Phil Jones.

United sebenarnya masih butuh setidaknya seorang bek tengah yang dapat diandalkan, dengan catatan juga sepertinya harus ada satu bek tengah yang dijual. Sosok seperti Sergio Ramos atau Nicolas Otamendi, yang keduanya selalu dihubungkan dengan Setan Merah, bisa jadi jawaban untuk Van Gaal.

Alternatif lainnya, di luar gosip yang beredar, seperti Ryan Shawcross atau Ron Vlaar juga menurut kami sejujurnya dapat memecahkan masalah pertahan United.


[Perbandingan beberapa statistik Sergio Ramos, Nicolas Otamendi, dan Ryan Shawcross musim lalu]

Baik Vlaar maupun Shawcross adalah bek bertipikal pemimpin yang sudah berpengalaman di Liga Primer. Apalagi Shawcross, kapten Stoke City, adalah pemain didikan akademi Manchester United.

Sedangkan Vlaar sendiri sekarang sedang berstatus free agent alias tak bertuan setelah ia menolak perpanjangan kontrak dari manajemen Aston Villa akhir musim 2014/15.

Beralih ke depan, dengan kepergian Robin van Persie ke Fenerbahce, dipinjamkannya William Keane ke Preston North End, dan Javier Hernandez (Chicharito) yang juga dikabarkan akan dilepas Van Gaal, maka praktis United hanya menyisakan kapten Wayne Rooney dan James Wilson sebagai ujung tombak.

Memphis Depay atau Marouane Fellaini mungkin sesekali dapat mengisi pos ini. Tapi sepertinya memang United membutuhkan satu penyerang lainnya. Melihat opsi penyerang United, Van Gaal sepertinya akan membutuhkan Chicharito yang dikabarkan akan bergabung di tur pra-musim United pada 25 Juli nanti bersama juga dengan Ángel Di María dan Rojo.

Prediksi formasi Manchester United musim 2015/16

Manchester United bermain paling dahsyat ketika mereka menggunakan sistem 4-3-3 seperti pada paruh ke dua musim lalu. Lini tengah biasanya menampilkan Carrick sebagai holding midfielder di depan empat bek.

Ander Herrera berada di sisi kanan di depannya dan Fellaini menjadi pemain yang agresif di kiri, membantu serangan bila diperlukan. Di depan, Juan Manuel Mata bersama Ashley Young bermain di sayap mendampingi kapten Wayne Rooney sebagai ujung tombak.

Tapi dengan beberapa pemain baru, sistem tersebut harus berubah. Schweinsteiger dapat mengatur tempo, mirip seperti peran yang Van Gaal berikan ketika mereka di FC Bayern Munich. Schneiderlin bisa menjadi petarung di lini tengah, peluncur tekel yang ulet, dan pengoper yang bonafid.

Pencampuran kombinasi di antara keduanya dengan kesabaran dan ketenangan dari Carrick bisa menjadi trio yang paling sempurna di lini tengah, tapi ini juga tidak menutup kemungkinan bagi Herrera untuk menjadi pemain yang bisa memberikan alternatif melihat Schweinsteiger dan Carrick bisa bermain bergantian alih-alih selalu bersama. Kemudian Fellaini juga dapat menampilkan alternatif jika Van Gaal ingin bermain fisik.

Prediksi formasi Manchester United dengan skema 4-3-3

Namun, kecepatan akan sedikit menjadi masalah pada 4-3-3 ini. Meskipun demikian, distribusi dan keseimbangan lini tengah, di atas kertas dan secara teori, akan mampu memecahkan masalah kecepatan ini.

Sementara dengan 4-3-3 ini, kelemahan berupa kemampuan Mata, Young, Depay, Adnan Januzaj, Di María, Jesse Lingard, Andreas Pereira atau siapapun pemain sayap Setan Merah dalam melakukan track-back dan bertahan akan menjadi pekerjaan rumah lainnya untuk LVG.

Tapi jika United memiliki bek yang solid, seperti misalnya Sergio Ramos, Otamendi, atau Shawcross, mungkin saja masalah ini akan menyublim dengan otomatis.

Prediksi formasi alternatif Manchester United dengan skema 4-5-1 / 4-2-3-1

Sebagai alternatif lainnya, kita juga bisa melihat Van Gaal sebagai manajer yang fleksibel dan seorang pemikir layaknya filsuf. Ketika misalnya ia sudah merasa buntu dengan 4-3-3, maka ia bisa mengubahnya menjadi 4-5-1 (atau 4-2-3-1) yang lebih bersifat agak kaku.

Baik Schweinsteiger dan Schneiderlin sama-sama maksimal pada sistem ini. Seperti di Bayern dahulu saat Van Gaal menjadi manajer, Schweinsteiger ditempatkan di posisi yang lebih ofensif dari dua gelandang bertahan (angka ’2′ pada 4-2-3-1), memungkinkan rekannya saat itu, Mark van Bommel, untuk membangun perisai yang stabil di depan keempat bek mereka. Pelatih Jerman, Joachim Löw, juga menggunakannya secara efektif di Piala Dunia 2014 dengan Schweinsteiger sebagai bagian dari duet di lini tengah.

Selain itu juga, selama di Southampton, Ronald Koeman menyukai Schneiderlin yang bermain sebagai bagian dari duet lini tengahnya bersama Victor Wanyama. Jika ia ingin memakai formula ini musim depan, maka ia menginginkan kemitraan yang apik antara Schweinsteiger atau Schneiderlin dan Carrick di jantung lini tengah.

Bayangkan juga di depan mereka ada pemain-pemain seperti Mata, Herrera, Rooney, Depay, Di Maria, atau pemain-pemain lainnya yang bisa dimanjakan menjadi pasukan menyerang yang mematikan.


[Perbandingan beberapa statistik Ángel Di Maria (saat di Real Madrid dua musim lalu dan Manchester United musim lalu), Ashley Young, Juan Manuel Mata, dan Memphis Depay musim lalu.]

Secara umum, banyak variasi yang bisa Van Gaal dapatkan. Variasi ini akan banyak tergantung pada siapa yang bermain sebagai gelandang ke tiga. Jika itu Herrera, sistem akan lebih selaras dengan pilihan 4-3-3, tetapi kebebasan yang Di María biasanya berikan (seperti saat ia bermain di Real Madrid dua musim yang lalu seperti yang bisa kita lihat pada gambar perbandingan di atas) berarti akan membuat Schneiderlin dan Schweinsteiger bisa lebih fokus di tengah.

Dengan banyaknya pilihan, Van Gaal tidak perlu khawatir dengan lini tengah kesebelasannya, apalagi karena United harus bermain di empat kompetisi: Liga Primer, Piala Liga, Liga Champions, dan Piala FA.

Sekarang, hanya ada kurang dari satu bulan menjelang ujian sesungguhnya untuk Van Gaal, yaitu pertandingan pertama United di Liga Primer menghadapi Tottenham Hotspur.

Para suporter United pasti sudah menantikan kesempurnaan bagi tim kesayangan mereka. Kami sudah sering menggunakan frasa ini, tapi kami memang harus mengulanginya sekali lagi: Semoga tiga huruf yang identik dengan United di musim 2015/16 nanti adalah tetap LVG, bukan menjadi PHP.

====

* Penulis anggota redaksi @PanditFootball dengan akun twitter: @DexGlenniza

(dtc/a2s) Sumber: detiksport



Bolapro anda yang , | Pro Bola Pratinjau 2015/2016 â€" Menanti Kesempurnaan Manchester United, Sumber: Berita Bola dipublish oleh Bolapro untuk anda yang ProBola

Tidak ada komentar:

Posting Komentar